JENIS MAKNA
Ieech (1976) yang karyanya banyak di kutup orang dekat
studi semantik membedakan adanya tujuh tipe makna, yaitu (1) makna konsep
tual(2) makna konotatif (3) makna stilistika (4) makna afektif (5) makna
relatif (6) makna kolokatif (7) makna tematik
4.1 Makna leksikal dan makana gramatikal
Leksikal
adalah bentuk ejektif yang diturunkan dari bentuk nominal leksikon
(pokabuler,kosakata,pembedaharaan kata ) satuan dari leksikon adalah leksem,
yaitu satuan bahasa yang bermakna.
Umpamanya kata tikus makna lesikelnya adalah sebangsa
binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tipes. Makna ini
tampak jelas dalam kalimat tikus itu mati di tekam kucing, atau dalam kalimat
panen kali ini gagal akibat serangan nama tikus. Kata tikus pada kedua kalimat
itu jelas merujuk kepada binatang tikus bukan kepada yang lain
Contoh-contoh di atas dapat di simpulkan bahwa makna
leksikal dari suatu kata adalah gambaran yang nyata tentang suatu konsep
seperti yang dilambangkan kata itu. Makana leksikal suatu kata sudah jelas bagi
seorang bahasawan tanpa kehadiran kata itu dalam suatu konteks kalimat. Makna
leksikal biasa di pertentangkan atau di oposisikan dengan makna grametikal.
Makna gramatikal itu bermacam-macam. Setiap bahasa mempunyai
sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau
nuansa-nuansa makna gramatikal itu. makna gramatikal sering kali juga dapat di
ketahui tanpa mengenal makna leksikal unssur-unsurnya. Misalnya klausa malalat,
di lili lolo – lolo ini yang tidak kita ketahui makna leksikal unsur-unsurnya,
apa itu malalat,apa itulili-lili dan puk lolo-lolo itu, namun kita tahu bahwa
konstruksi klausa itu memberi makna gramatikal.
4.2 makna referensial dan non referensial
Perbedaan makna referensial dan makna non referensial
berdasarkan ada tidaknya dari kata-kata itu. bila kata-kata itu mempunyai
referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang di acu oleh kata itu makna kata
tersebut di sebut kata bermakna referensial. Kalau kata itu tidak mempunyai
feferen maka kata itu di sebut kata bermakna referensial karena keduanya
mempunyai referen, yaitu sejenis krabat rumah tangga yang di sebut “meja”
dan”kursi” sebaliknya kata karena dan tetapi tidak mempunyai referen.
4.3 makna denotatif dan konotatif
Sebuah kata disebut mempunyai makna denotatif apabila
kata itu mempunyai”nilai rasa” baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki
nilai rasa maka di katakan tidak memiliki konotasi tetapi dapat juga di sebut
berkonotasi netral.
Makna denotatif (sering juga di sebut makna denotasional,
makna konseptua, atau makna konetif karena di lihat dari sudut yang lain) pada
dasarnya sama dengan makna referensial sebuah makna denotatif lazim di beri
penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil opserpasi menurut
penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman lain.
Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu.
Misalnya kata ceramah dulu kata ini berkonotasi negatif karena berarti”
cerewet” tetapi sekarang konotasinya positif
4.4 makna kata dan makna istilah
Pembedaan adanya makna kata dan makna istilah berdasarkan
ketetapan makna kata itu dalam pengunaannya secara umum dan secara khusus.
Dalam pengunaan bahasa secara umum acara
kata-kata itu di gunakan secara tidak cermat sehingga makna bersifat umum.
Tetapi dalam pengunaannya secara khusus dalam bidang kegiatan tertentu,
kata-kata itu di gunakan secara cermat sehingga makna pun menjadi tepat.
Makna sebagai istilah memang di buat secepat mungkin
untuk menghindari kesalah pahaman dalam bidang ilmu dalam kegiatan tertentu
dalam bidang kedokteran, misalnya, kata tangan dan lengan di gunakan sebagai
istilah untuk pengertian yang berbed.
4.5 makna konseptual daan makna asosiatif
Pembedaan makna konseptual dan makna asosiatif di
dasarkan pada ada atau tidak adanya hubungan (asosiasi, relaksi) makna sebuah
kata dengan makna kata lain. Secara garis besar leech( 1976) mala membedakan
makna asosiatif termasuk makna konotatif istilistik, efektif, refleksi dan
kolokatif.
Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan
konsepnya, maka yang sesuai dengan referennya dan makna yang bebas dari
asosiasi atau hubungan apapun.
Makna asossiatif ini sesungguhnya sama dengan
perlambang-perlambang yang di gunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk
menyatakan suatu konsep lain. Maka dengan demikian dapat di katakan melalui di
gunakan sebagai perlamban” kesucian ‘ merah di gunakan sebagai ‘ keberanian’
dan sering kali di gunakan sebagai’ ke pahlawanan wanita’.
4.6 makna idiomatikal dan pribahasa
Yang di maksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa(
bisa berupa kata, frase, .unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan
tersebut. umpamanya menurut kaidah gramatikal kata-kata ketakutan, kesedihan,
keberanian dan kebimbangan memiliki makna hal yang di sebut bentuk dasarnya.
Kata-kata seperti,
bagai, bak, laksana dan umpama lazim di gunakan dalam pribahasa. Memang banyak
juga pribahasa yang tanpa menggunakan kata- kata tersebut, namun kesan
pribahasanya itu tetap saja tanpak. Misalnya tong kosong nyaring bunyinya.
Pribahasa tersebut bermakna ‘ orang yang tiada berilmu biasanya banyak
cakapnya.
4.7 makna kias
Dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam kamus umum
bahasa indonesia susunan W.I.S
Poerwadarminta ada digunakan istilah arti kiasan. Tanpaknya penggunaan
istilah arti kiasan ini sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu,
semua bentuk bahasa( baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak merujuk pada
arti sebenarnya( arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) di sebut
mempunyai arti kiasan. Jadi, bentuk-bentuk seperti putri malam dalam arti’
bulan’.
4.8 makana lokusi, ilokusi dan perokusi
Dalam kajian tindak tutur( speech act) di kenal adanya makna ilokusi, makna ilokusi
dan makna perlokusi. Yang di maksud dengan makna lokusi adalah makna seperti
yang di nyatakan dalam ujaran, makna harfiah, atau makna apa adanya. Sedangkan
yang di maksud dengan makna ilokusi adalah makna seperti yang di pahami oleh
pendengar. Sebaliknya, yang di maksud dengan makna perlokusi adalah makna
seperti yang di inginkan oleh penutur. Misalnya, kalau seorang kepada tukang
afdruk photo di pinggir jalan bertanya.” bang, tiga kali empat, berapa? “makna
secara lokusi kalimat tersebut adalah keinginan dari penutur.